DEPOK, KOMPAS.com – Pedagang kopi pikul bernama Sinur (52), harus memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Sebab, penghasilan dia dari berjualan kopi hanya sekitar Rp 40.000.
Untuk menutupinya, Sinur memilih pekerjaan sampingan menjadi kuli bangunan. Dari pekerjaan itu dia bisa mendapat tambahan pendapatan sekitar Rp 100.000 sampai Rp 125.000 per hari.
“Bayarannya lumayan, tapi kalau pekerjaan ini tergantung proyek. Saya juga tunggu diajak kenalan,” ucap Sinur saat ditemui Kompas.com di Margonda, Depok, Jawa Barat, Senin (20/1/2025).
Baca juga: Kisah Saliri, Bisa Naik Haji dari Berjualan Mainan Anak
Bapak dua anak ini mendapat pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan dari menantunya.
“Menantu saya kan juga kuli, kadang saya diajak sama dia. Lumayan jadinya bantu aduk semen gitu,” ungkap Sinur.
Setiap ada ajakan dari menantunya, Sinur selalu menyanggupinya dan memilih libur dari berjualan kopi.
Selain kuli, pria yang sudah mempunyai lima cucu ini juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang potong rumput. Pekerjaan ini dia lakukan jika ada temannya yang membutuhkan jasanya.
“Rapihin rumput juga lumayan bayarannya. Bisa Rp 100.000 sehari,” tutur Sinur.
Uang itu bisa dia dapatkan setelah bekerja sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Hasil dari pekerjaan sampingannya ini bisa untuk menambah mencukupi kebutuhan keluarganya.
“Ya saya asal tunggu panggilan saja. Kalau ada, jualan kopi saya lepas dulu,” ungkap Sinur.
Meski pekerjaan sampingannya penghasilannya lebih besar, Sinur tetap tak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual kopi.
Baca juga: Perjuangan Pedagang Nasi di Jakarta, Bertaruh dengan Cuaca untuk Mengais Rezeki
“Sebenarnya kerja gini enggak akan pernah cukup tapi ya yang penting kerja. Urusan pendapatan nanti lagi,” kata Sinur.
Kendati begitu, Sinur masih bermimpi bisa berjualan sayuran lagi. Sebab, dia sudah menggeluti pekerjaan itu selama 25 tahun sebelum berjualan kopi.
Aktivitas berjualan sayur menggunakan gerobak harus dihentikan Sinur pada 2023 lalu. Sebab, pendapatannya terus menurun karena kalah saing dengan yang berjualan secara daring.
Untuk itu, dia memilih banting stir berjualan kopi pikul di depan Balai Kota Depok.
“Ibaratnya pengeluaran buat bayar kebutuhan rumah kayak token listrik, beras, gas, itu selalu sama. Tapi pendapatan jualan itu terus menurun,” jelas Sinur.
“Pas 2023 terpaksa saya harus enggak jualan sayur lagi. Karena kalah saing sama online, terus juga modalnya enggak sedikit,” tambah dia.
Baca juga: Pahitnya Kisah Pedagang Jakarta di Balik Gorengan yang Terbuang…