TRIBUNBENGKULU.COM – Sadisnya Nanang Gimbal kejar Sandy Permana saat terluka dan berusaha selamatkan diri malah ditusuk berkali-kali.
Karena perasaan sakit hati atas perlakuan Sandy Permana yang menatap sinis dan meludah ke arahnya, muncul lah niat jahat Nanang Gimbal.
Nanang yang merasa gelap mata pun lari ke kandang ayam dan mengambil sebilah pisau.
Nanang mulanya menikam Sandy Permana pada bagian sisi kiri perut sebanyak dua kali saat masih di atas motor.
Setelah ditikam dua kali, korban langsung berhenti dan melakukan perlawanan dengan cara menangkis dan menghalang-halangi tersangka.
Sandy kemudian berusaha melarikan diri menggunakan motornya.
Namun, Nanang tidak berhenti. Dia terus melanjutkan aksinya dengan kembali menusuk Sandy.
Nanang kembali menikam Sandy di bagian pelipis kiri, kepala korban satu kali, dada korban satu kali, kemudian leher korban satu kali.
Sandy Permana ditemukan tewas bersimbah darah di Jalan Cibarusah pada Minggu (12/1/2025) pagi, dengan luka tusuk akibat senjata tajam pada bagian leher, dada, dan perut.
Saat ditemukan oleh tetangga, Sandy masih bernapas dan sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Nanang Gimbal ternyata sudah memiliki perasaan benci dan dendan kepada aktor Misteri Gunung Merapi atau Mak Lampir ini sejak tahun 2019.
Nanang Gimbal sendiri sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Nanang dijerat dengan Pasal 354 KUHP tentang Penganiayaan Berat dan atau Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Nanang terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara
Pengakuan Nanang Gimbal
Nanang dan Sandy awalnya bertetangga di Perumahan TNI/Polri, Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat.
Mereka hidup berdampingan sejak tahun 2017.
Konflik mulai muncul saat Sandy menggelar pesta pernikahan pada tahun 2019.
Saat itu Sandy tak meminta izin saat memasang tenda dan menebang pohon di pekarangan rumah Nanang Gimbal.
Dari situlah Nanang Gimbal mulai tidak bertegur sapa dengan Sandy.
Satu tahun lamanya Sandy dan Nanang saling berdiam diri.
Padahal istri Nanang, selalau aktif berteman dengan tetangga.
Sampai kemudian Sandy dan Nanang dipertemukan dalam rapat RT.
Sandy Permaha aktor Mak Lampir dikatakan saat itu sangat vokal dalam menyampaikan pendapat.
Nanang Gimbal berusaha menegur, namun ia justru mendapat respon tak mengenakkan dari Sandy.
Dia menganggap Sandy merupakan sosok yang tempramen dan pemarah.
“Korban melototi tersangka dan berkata, ‘lu bukan warga sini, gak usah ikut-ikutan’,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dikutip dari Tribun Pekanbaru.com.
Kejadian ini menambah deret dendam yang dipendam Nanang pada Sandy.
Kata Wira, Nanang Gimbal dikenal sebagai pendiam.
“Pelaku ini sebenanrya dikenal pendiam,” katanya.
Sedangkan Nanang Gimbal menilai justru Sandy Permana sebagai pribadi yang mudah marah.
“Sedangkan si korban, menurutu versi tersangka ini agak tempramen, jadi suka pemarah ini menurut versi si korban. Kami akan lakukan pendalaman lebih lagi untuk memastikan kembali, agar tidak menjadi persepsi. Ini kami masih melakukan pendalaman dari versi pelaku,” katanya.
Hal tersebut terbukti pada Minggu (12/1/2025) saat Sandy melintas depan rumah Nanang.
Tanpa tedeng aling-aling Sandy Permanan melempat tatapan sinis, ia bahkan sampai meludah ke arah Nanang.
“Saat melintas si korban ini melihat secara sinis terhadap tersangka, disertai meludah ke arah tersangka di situlah emosinya langsung keluar langsung berlari mengambil pisau di kandang ayam mengejar korban langsung melakukan penusukan,” kata Kombes Wira Satya Triputra.
Motif Pembunuhan
Akhirnya motif pembunuhan terkait kasus pembunuhan aktor Sandy Permana terungkap dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Kamis (16/1/25).
Santer kabar bahwa Nanang Gimbal nekat membunuh Sandy Permana lantaran kesal ditegur saat sedang memangkas pohon.
Ramai juga kabar bahwa perseteruan keduanya bermula dari rapat desa yang tak terima saling mengeluarkan pendapat hingga berujung cekcok.
Kini motif yang sebenarnya kasus pembunuhan Sandy Permana tersebut menemukan titik terang.
Rupanya motif pembunuhan bermula dari perasaan sakit hati Nanang yang merasa direndahkan oleh Sandy.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya.
“Pelaku atau tersangka sakit hati karena merasa direndahkan oleh korban dengan cara melihat ke arah tersangka secara sinis dan korban meludah ke arah tersangka,” terang Kombes Wira Satya dikutip dari Kompastv, Kamis (16/1/25).
Nanang Gimbal yang merasa tak terima tersebut muncul lah niat jahat untuk membunuh Sandy.
Nanang menyerang Sandy yang masih berada di atas motornya.
Tanpa ragu, Nanang menusuk bagian perut Sandy dengan pisau tersebut.
“Modus operandi daripada pelaku dengan cara menusuk ke bagian perut kiri korban sebanyak dua kali dalam posisi korban masih berada di atas motor,” ujar Wira.
Sandy sempat memberikan perlawanan. Namun, Nanang kembali menusuk Sandy beberapa kali.
“Tersangka tetap berusaha melukai korban dengan cara menusuk kembali ke arah pelipis kiri, kepala korban satu kali, dada korban satu kali, kemudian leher korban satu kali,” kata Wira.
Sandy yang sudah kehilangan banyak darah akhirnya berlari untuk menyelamatkan diri dari serangan.
Namun, Nanang tetap mengejar dan kembali menusuk punggung korban sebanyak satu kali.
“Pada saat korban ingin menyelamatkan diri, tersangka mengejar dan menusuk kembali ke arah punggung kiri korban,” jelas Wira
Aksi tersebut terjadi begitu cepat, dan Sandy akhirnya terkapar tak berdaya di kawasan perumahan Desa Cibarusah Jaya, Kabupaten Bekasi.
Setelah melakukan aksinya, Nanang melarikan diri meninggalkan korban.
Sandy ditemukan bersimbah darah di Jalan Cibarusah pada Minggu (12/1/2025) pagi, dengan luka tusuk akibat senjata tajam pada bagian leher, dada, dan perut.
Saat ditemukan oleh tetangga, Sandy masih bernapas dan sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong dalam perjalanan.
Simpan Dendam Sejak 5 Tahun Lalu
Lebih lanjut, Wira Satya mengungkapkan bahwa korban dan pelaku merupakan tetanggaan.
Tersangka Nanang telah tinggal di perumahan Cibarusah Jaya Blok H4 RT. 05 RW. 08 sejak tahun 2017.
Pada tahun 2019, Sandy dan istri menggelar acara pernikahan, saat itu korban hendak mendirikan tenda dengan memasuki perkarangan rumah tersangka.
Tersangka tak terima lantaran Sandy melakukan penebangan pohon tanpa seizinnya.
“Sehingga, tersangka tidak menegur korban karena tersangka tahu korban sangat pemarah, atas perbuatan tersebut korban, tersangka merasa sakit hati dan menyimpan dendam,” ujarnya.
Selama bertetanggaan, korban dan pelaku tidak menjalin hubungan yang harmonis.
“Tersangka tidak pernah menyapa korban, demikian pula korban tidak pernah menyapa tersangka,” tandasnya.