Puji Suku Bunga Acuan BI Turun, Menko Airlangga: Baik Sekali…

  • Share
Puji Suku Bunga Acuan BI Turun, Menko Airlangga: Baik Sekali…

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan respons positif penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Repo Rate atau BI Rate baru-baru ini.

Menurut Airlangga, jika BI Rate tidak turun akan berpengaruh kepada tingginya cost of fund (biaya dana) lembaga keuangan.

“BI rate turun adalah baik sekali karena kalau kita lihat inflasi kita kan rendah 1,55. Maka memang cost of fund kalau bunganya enggak turun ketinggian,” ujar Airlangga usai menghadiri Musyawarah Nasional Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Baca juga: BRI: Penurunan BI Rate Dukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Airlangga menjelaskan, BI sebelumnya menahan penurunan BI Rate karena menunggu kondisi di bank sentral Amerika Serikat (AS). Sebab suku bunga acuan bank sentral Indonesia semestinya tidak lebih rendah daripada AS.

“Kemarin BI menahan penurunan karena menunggu Amerika. Karena kita harus rate-nya itu dalam tanda petik tidak lebih rendah dari Amerika. Terutama untuk mencegah tidak terjadi capital flux,” tambah Airlangga.

Baca juga: Menjaga dan Memperbesar Dampak Penurunan BI Rate

Sebelumnya, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada posisi 5,75 persen.

Keputusan suku bunga acuan BI ini diambil bank sentral dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI.

Sementara itu, suku bunga lending facility ditetapkan turun sebesar 25 bps menjadi 6,5 persen.

Adapun, suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi 5 persen.

“Menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

Baca juga: Apa Dampak BI Rate Turun Jadi 5,75 Persen bagi Perbankan?

Perry menjelaskan, keputusan ini diambil berdasarkan asesmen menyeluruh terkait kondisi dan proyeksi ekonomi global dan ekonomi dalam negeri.

Menurut dia, keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada tahun 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen, serta menjaga nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasaran dan nilai tukar rupiah sesuai fundamental, serta tetap mencermati ruang mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika pada perekonomian global dan nasional,” kata Perry.

  • Share