JAYAPURA, KOMPAS.com – Salah satu rekomendasi tempat wisata di Kota Jayapura yang patut dikunjungi adalah gua jepang di Kampung Kayo Batu, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura.
Dalam bahasa daerah Kampung Kayo Batu, gua disebut Tubuara.
Sabtu (25/1/2025) siang, Kompas.com menyempatkan diri mengunjungi gua jepang tersebut.
Pemilik gua Nico Makanuay bersama dua orang yang merawat dan memelihara tempat ini, Hadi, dan Aldo Mooy, ikut menemani Kompas.com menjelajahi gua.
Baca juga: Wisata ke Taman Safari Bogor Tanpa Mobil Pribadi, Apakah Bisa?
Gua jepang ini tak jauh dari Kampung Kayo Batu dan berada dekat dengan bibir pantai.
Untuk sampai ke gua jepang, kami membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit berjalan kaki dari Kampung Kayo Batu ke lokasi gua tersebut. Menaiki bukit, melintasi hutan, dan melewati batu karang yang bertebaran di pantai.
Ketika sampai, Kompas.com diajak untuk melihat gua pertama. Di depan mulut gua, terdapat tumpukan tulang belulang manusia.
Hadi, salah satu warga Kampung Kayo Batu mengatakan, tulang belulang manusia itu memang sudah sejak zaman dahulu berada di sekitar gua.
“Tulang belulang ini kami kumpulkan dan atur secara baik di lokasi gua jepang ini,” kata Hadi, salah satu warga Kampung Kayo Batu, saat berbincang-bincang dengan Kompas.com.
Setelah menegok gua pertama, kami melanjutkan perjalanan ke gua kedua yang tak jauh dari lokasi tersebut.
Di gua kedua terdapat tulang belulang manusia dan juga hewan seperti babi dan anjing. Selain itu, terdapat juga serpihan sempe (gerabah).
“Ada tulang babi dan anjing. Ada juga serpihan sempe dengan motif Imafange. Salah satu motif yang menjadi simbol di rumah ondoafi atau kepala suku,” kata Hadi.
Baca juga: Pendiri Brand Mango, Isak Andic Meninggal Dunia Saat Jelajahi Gua di Spanyol
Dilarang Melihat
Setelah melihat-lihat gua, kami lalu beristirahat sejenak. Sambil bercerita, terkait gua Jepang milik Nico Makanuay yang rencananya akan dijadikan lokasi wisata di Kampung Kayo Batu.
Nico menjelaskan bahwa secara pasti ia belum mengetahui terkait gua ini, sebab sejak kecil ia dilarang ke gua tersebut.
Tak hanya di dilarang ke lokasi gua, Nico juga bahkan tak pernah mendengar cerita mengenai gua tersebut.
“Sejak dulu para orang tua malarang kami bermain di area gua, bahkan melihatnya juga dilarang,” jelas Nico.
“Saya juga sempat bertanya kenapa kami tidak boleh bermain di gua tersebut. Tapi orang tua kami balik bertanya, kenapa kamu tanya? Ada urusan apa kamu tanya?” ungkap Nico mengenang kembali larangan orang tua mereka waktu itu.
Namun, kata Nico saat inilah baru dirinya berani datang ke gua Jepang ini dan melihat lebih dekat kondisi guanya.
“Sekarang ini baru kami lagi bersihkan guanya dan diatur secara baik tulang belulang manusia dan hewan yang ada di bagian luarnya,” ujarnya.
Tulang Belulang Manusia
Nico sendiri belum memastikan apakah tulang belulang manusia yang ada di gua ini milik leluhur ataukah milik tentara Jepang.
Meskipun demikian, ia menyebut bahwa tahun 1999 ada perwakilan dari Jepang yang datang dan diantarkan untuk mendeteksi tulang belulang milik tentara Jepang di gua tersebut.
“Saya mendapatkan cerita bahwa tahun 1999 ada perwakilan dari Jepang yang datang dan diantarkan untuk mendeteksi tulang belulang manusia yang ada di gua ini. Tulang belulang itu kemudian dibawa ke Kabupaten Biak Numfor dan dikremasi sebelum dikirim ke Jepang,” beber Nico.
Nico yakin bahwa di dalam gua ini masih terdapat tulang belulang milik tentara Jepang, sebab pada waktu tahun 1999, mereka datang ambil sebagian tulang belulang manusia yang ada di bagian luar gua, sedangkan bagian dalam guanya belum dicek.
“Kami lagi cari jalan masuk gua ini, untuk memeriksa dibagian dalamnya. Kami yakin masih ada tulang belulang manusia dan juga peralatan lainnya di dalam guanya,” ungkapnya.
Baca juga: Menjelajahi Pulau Penyengat, Taman Para Penulis Melayu
Dijadikan Tempat Wisata
Saat ini Nico bersama kedua beberapa orang yang ada di Kampung Kayo Batu sedang membersihkan guanya, guna dijadikan sebagai tempat wisata sejarah.
Menurut Nico, gua ini menyimpan sejumlah sejarah peninggalan perang dunia kedua yang masih misteri, sehingga kedepan akan digali informasi, sehingga gua ini menjadi destinasi wisata di Kota Jayapura.
“Kami lagi bersihkan lokasi guanya bersama beberapa orang di Kampung Kayo Batu bersama anak-anak muda dari luar yang peduli tentang pariwisata di Kampung Kayo Batu,” tuturnya.
Nico yakin, jika gua ini dikelola dengan baik, kedepan akan menjadi salah satu tempat wisata sejarah yang akan memberikan nilai edukasi bagi generasi muda di Kota Jayapura.
“Kami sedang tata gua ini dan bersihkan serta mengatur lokasi jalan menuju ke gua, sehingga kedepan siapapun yang datang, terutama wisatawan, kami bisa mengantarkannya ke gua,” ujarnya.