KARANGANYAR, KOMPAS.com – Bunga Sakura yang terkenal susah tumbuh di Indonesia, kini sudah berhasil dikembangkan melalui rangkaian penelitian. Meski tidak bermekaran sebanyak di negara asalnya Jepang, tapi sudah bisa dinikmati oleh pengunjung Taman Sakura di Lawu.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), bagian dari Toyota Indonesia, menghadirkan Taman Sakura di Lawu (SAKRAL) yang berlokasi di Cemoro Kandang kawasan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, melalui program Toyota Forest pada 2018.
TMMIN bekerjasama dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perum Perhutani Jawa Tengah, Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: Bos TMMIN Khawatir Industri Otomotif Terperosok jika PPN 12 Persen Diterapkan
Sebagai pelaku industri otomotif di Indonesia, TMMIN juga turut berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat dan mempromosikan kesadaran lingkungan, serta mendukung inisiatif untuk melindungi habitat alami dan keanekaragaman hayati.
Berada di atas lahan Perhutani seluas 3 hektar, Taman Sakura yang berjarak sekitar 46 Km dari Kota Solo, mulai dikemangkan pada 2018 dengan penanaman 60 pohon Sakura yang berasal dari Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat.
Jumlah pohon Sakura yang ditanam di taman tersebut juga memiliki arti tersendiri. Tanaman Sakura merupakan tanda persahabatan Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin dengan baik selama 60 tahun.
Baca juga: Ekspor Toyota 2024 Meroket, TMMIN Mengaku Belum Puas
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengatakan, melalui semangat Toyota Berbagi TMMIN menjalankan kegiatan Toyota Forest dengan melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, pemerintah, komunitas, masyarakat, dan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia.
“Keberadaan Taman Sakura diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi ekosistem, lingkungan, dan kualitas hidup warga sekitar, serta mendorong aktivitas riset tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati,” ucap Bob dalam keterangan resmi.
Perkembangan yang dicapai Taman Sakura sejak dikembangkan hingga saat ini tak lepas dari kerjasama TMMIN dengan masyarakat sekitar untuk melakukan perawatan taman hingga nantinya terbentuk taman wisata yang terdiri dari ratusan pohon Sakura.
Baca juga: Dianggap Mirip, Ini Perbedaan Bunga Tabebuya dan Sakura
Taman wisata yang memiliki keunikan tanaman Sakura ini, tak hanya menambah keindahan alam berupa keanekaragaman ekosistem, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan rekreasi alam yang turut menambah peningkatan keberlanjutan ekonomi dan sosial warga Tawangmangu.
Melalui serangkaian penelitian yang dilakukan bersama dengan para stakeholders, sejak penanaman yang dilakukan pada tahun 2018 pohon sakura yang dikenal cukup sulit untuk dapat tumbuh di daerah tropis, secara bertahap telah berbunga.
Hingga tahun 2024, keenam puluh pohon sakura yang ditanam berhasil berbunga. Pohon Sakura memiliki jumlah bunga antara 10 hingga 25 bunga per pohon, dengan usia atau lamanya berbunga 3 hingga 5 hari. Pohon-pohon tersebut akan berbunga pada masa pergantian musim, sekitar bulan Desember hingga Januari dan Juni hingga Agustus.
Baca juga: 10 Tahun Ekspor Bergerak Positif, TMMIN Siap Jajaki Pasar EV
Tak hanya seluruh pohon sudah berhasil berbunga, pola pembibitan pohon Sakura melalui biji yang dihasilkan juga berhasil dilakukan. Dari 60 biji pohon Sakura, 25 biji di antaranya berhasil dikecambahkan menjadi benih untuk dapat ditanam.
”Kemajuan yang dicapai tersebut tidak lepas dari kerjasama TMMIN dengan berbagai pihak, termasuk dengan masyarakat sekitar,” ucap Bob.