Artikel ini akan jelaskan perbedaan antara penjelajahan samudra Portugis dan Spanyol di wilayah Indonesia. Semoga bermanfaat.
—
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—
Intisari-Online.com – Pada prinsipnya motif penjelajahan samudra Portugis dan Spanyol sama saja. Keduanya sama-sama ingin mencari kekayaan, memperluas kekuasaan, dan menyebarkan agama — termasuk di Indonesia.
Meski begitu, artikel ini akan jelaskan perbedaan antara penjelajahan samudra Portugis dan Spanyol di wilayah Indonesia.
Mengutip Kompas.com, kedatangan Portugis dan Spanyol ke Indonesia terjadi sekitar abad ke-16 Masehi. Tujuan keduanya adalah mencari dunia baru penghasil rempah rempah.
Baca Juga: Bagaimana Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Penjelajahan Samudra?
Latar belakang penjelajahan samudra ini adalah runtuhnya Konstantinopel akibat serangan Turki Usmani pada 1453 Masehi. Imbasnya, harga rempah-rempah di Eropa melambung tinggi sehingga bangsa-bangsa imperialis dari Barat, termasuk Portugis dan Spanyol mencari komoditas ke negeri-negeri di kawasan Timur Jauh, hingga ke Kepulauan Nusantara.
Kedatangan Portugis
Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang datang ke Asia dan melakukan hubungan perdagangan. Bangsa Portugis melakukan pelayaran untuk menemukan daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam sebagai bahan perdagangan.
Portugis berlayar melewati pantai barat Afrika, Tanjung Harapan, Kalikut (India), dan akhirnya sampai di Kepulauan Indonesia melalui Selat Malaka.
Pelaut pertama Portugis adalah Bartholomeus Diaz yang meninggalkan Portugis pada 1487. Kemudian Vasco dan Gama menjalankan perintah Raja Portugis Manuel I untuk melakukan ekspedisi menjelajahi samudra mencari Tanah Hindia.
Setelah tiba di India dan beberapa tahun tinggal di dalamnya, orang Portugis baru menyadari bahwa India bukan penghasil rempah-rempah, melainkan Malaka yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Rombongan Portugis berikutnya dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque untuk melanjutkan upaya dari Vasco da Gama. Pelayaran Alfonso de Albuquerque akhirnya sampai di Malaka, kawasan barat Nusantara Pada 1511 Portugis menaklukkan Malaka dan memonopoli perdagangan di sana.
Timbul sejumlah konflik. Portugis berulang kali mendapatkan perlawanan dari bangsa Melayu di Malaka maupun dari kerajaan-kerajaan di Nusantara, termasuk dari Jawa.
Ternyata Portugis mampu menandingi dan meredam perlawanan-perlawanan tersebut. Setelah itu pada 1512 Portugis berhasil mencapai Ternate. Sehingga Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang kemudian memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Dalam perkembangannya, kedatangan Portugis ke nusantara membuat kerajaan-kerajaan Islam merasa terancam dan kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berhasil dikuasai Portugis adalah Ternate.
Kedatangan Spanyol
Bangsa Spanyol mencari daerah penghasil rempah-rempah melalui Samudra Atlantik. Pada 1519, Spanyol memberangkatkan lima kapal di bawah pimpinan Fernando de Magelhaens atau Ferdinand Magellan.
Ekspedisi Magellan dimulai dengan mengarungi Samudra Atlantik ke arah barat menuju pantai timur Amerika Selatan. Mereka menyusuri pantai Amerika Selatan untuk mencari selat di antara Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik.
Pada 16 Maret 1521 rombongan Magellan mencapai Kepulauan Massava (sekarang Filipina). Di situ Magellan mendirikan sebuah tugu batu sebagai peringatan dan tanda wilayah kekuasan Spanyol.
Rombongan Magellan sampai di Filipina pada April 1521, tetapi ia justru terbunuh setelah terlibat konflik dengan Mactan. Setelah itu, ekspedisi dilanjutkan di bawah pimpinan Kapten Sebastian del Cano.
Pada 6 November 1521, rombongan tersebut tiba di Tidore dan melaksanakan transaksi perdagangan dengan Sultan Tidore serta melafalkan beberapa rempah-rempah. Keberhasilan Sebastian del Cano mendapat sambutan baik oleh raja Spanyol.
Sehingga beliau mengirimkan kembali armadanya ke Indonesia. Namun, hal tersebut ternyata dianggap pelanggaran Perjanjian Tordesillas bagi Portugis. Sehingga menimbulkan pertempuran antara Spanyol bersama Tidore dan Portugis bersekutu dengan Ternate.
Konflik yang berujung perjanjian
Sejak kedatangan, Portugis dan Spanyol berlomba menduduki pulau-pulau yang kaya hasil rempah-rempah, salah satunya Kepulauan Maluku. Hal tersebut sering kali menimbulkan konflik di antara bangsa Eropa, termasuk Spanyol dan Portugis di Maluku pada tahun 1521.
Seperti disebut di awal, Portugis pertama kali mendarat di Indonesia di daerah Maluku, jauh sebelum kedatangan Spanyol. Bangsa Portugis sampai di Maluku pada tahun 1512, ketika Kesultanan Ternate tengah bermusuhan dengan Kesultanan Tidore.
Kedatangan Portugis disambut baik oleh raja Ternate, Sultan Bayanullah, yang membutuhkan sekutu untuk melawan Tidore. Sultan Bayanullah bersedia menyediakan cengkih, asalkan bangsa Portugis mau membangun benteng di Ternate.
Sejak itu, hubungan Ternate dan bangsa Portugis resmi terjalin. Wakil Komandan Portugis, Francisco Serrao, bahkan memenangkan kepercayaan Sultan Bayanullah setelah membantu Ternate dalam sejumlah perang dagang dengan Tidore.
Pada 1521, rombongan bangsa Spanyol di bawah pimpinan Sebastian del Cano mendarat di wilayah Tidore dan disambut baik oleh sultannya. Kedatangan Spanyol ke Maluku membuat Portugis merasa terganggu, karena rencananya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut menjadi terancam.
Itulah yang menjadi penyebab terjadinya peperangan Portugis dan Spanyol di Maluku, yang berlangsung selama satu dekade.
Sebelum melakukan penjelajahan samudra dan bertemu di Kepulauan Maluku, Spanyol dan Portugis telah menyepakati Perjanjian Tordesillas pada 7 Juni 1494. Perjanjian Tordesillas membagi wilayah di luar Eropa menjadi dua bagian, di mana belahan sebelah timur menjadi milik Portugis, sementara belahan barat untuk Spanyol.
Ketika dua bangsa ini bertemu di Kepulauan Maluku, Portugis menuding Spanyol melanggar Perjanjian Tordesillas, karena Maluku telah menjadi wilayah kekuasaannya. Sebaliknya, Spanyol merasa tidak membuat kesalahan, karena mereka melalui jalur Magellan dan tidak mengikuti rute pelayaran Portugis, seperti kesepakatan mereka dalam Perjanjian Tordesillas.
Sejak itu, aliansi Kerajaan Ternate-Portugis kerap terlibat adu senjata dengan Kerajaan Tidore-Spanyol. Pertemuan di Saragosa, Spanyol, pada 1529, berbuah redanya konflik antara Spanyol dan Portugis.
Dalam pertemuan itu, disepakati Perjanjian Saragosa sebagai penyelesaian konflik Portugis dan Spanyol di Maluku.
Adapun isi Perjanjian Saragosa terdiri atas dua poin utama, yaitu:
– Bumi terbagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Spanyol dan Portugis.
– Wilayah Spanyol membentang dari Meksiko ke barat hingga Kepulauan Filipina, sementara wilayah Portugis membentang dari Brasil ke timur hingga Kepulauan Maluku.
– Daerah di sebelah barat garis Saragosa berada di bawah kendali Portugis.
Lewat perjanjian ini, Portugis tetap melaksanakan aktivitas perdagangan di Maluku. Sementara Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan pekuasaannya di Filipina.
Setelah perjanjian tersebut, Spanyol mundur ke Filipina dengan sejumlah kompensasi, sementara Portugis melanjutkan monopoli perdagangan rempah di Maluku.
Itulah artikel tentang jelaskan perbedaan antara penjelajahan samudra Portugis dan Spanyol di wilayah Indonesia. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Bagaimana Kerajaan Samudra Pasai di Aceh Pernah Dikalahkan Bangsa Portugis?