Jakarta, IDN Times – Aktivitas pencatatan saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) di Indonesia mengalami penurunan tajam pada 2024. Tercatat hanya ada 40 IPO yang terjadi sepanjang tahun lalu dengan dana terkumpul Rp10,1 triliun. Adapun pada 2023 terdapat 79 IPO dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp54,1 triliun.
Menurut EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Reuben Tirtawidjaja, penurunan itu disebabkan oleh ketidakpastian pasar global, yang mendorong investor untuk bersikap hati-hati. Kemudian ada peran juga dari pemilihan Presiden Indonesia yang menunda keputusan investasi karena menunggu kejelasan tentang kebijakan pemerintahan baru.
“Minimnya IPO skala besar sepanjang tahun, kecuali Adaro (AADI) dan MR DIY (MDIY) pada bulan Desember, semakin menunjukkan melemahnya minat investor institusional yang dipengaruhi oleh tekanan geopolitik dan keuangan di seluruh dunia,” kata Reuben dalam pernyataan resminya, dikutip Minggu (9/2/2025).
Baca Juga: Winston-William Utomo Sabet EY Entrepreneur of The Year 2024 Indonesia
Baca Juga: Winston-William Utomo Sabet EY Entrepreneur of The Year 2024 Indonesia
1. Proyeksi pasar IPO 2025
Reuben menambahkan, pada 2025 ini sentimen investor terlihat optimistis. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya dari kebijakan pemerintah baru yang sudah mulai terlihat rancangannya.
“Kejelasan yang lebih besar mengenai kebijakan pemerintah, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan lingkungan suku bunga rendah yang menguntungkan diharapkan akan memperbarui minat terhadap IPO,” kata dia.
2. Sektor yang bakal menyala tahun ini
Di sisi lain, Reuben menyatakan, sektor infrastruktur dan energi terbarukan diperkirakan akan mendorong aktivitas IPO tahun ini bersama dengan perusahaan barang konsumsi.
Namun, kata Reuben, tantangan seperti persaingan dari pasar regional, dampak negatif dari IPO yang berkinerja buruk, ketegangan geopolitik, tarif dan reformasi imigrasi pascapemilu AS menyebabkan tekanan inflasi AS dan berpotensi memperlambat penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.
“Pencapaian pemulihan yang signifikan akan bergantung pada langkah-langkah strategis untuk mengatasi risiko-risiko ini dan upaya bersama untuk memanfaatkan potensi perekonomian Indonesia, menumbuhkan kepercayaan dan menarik partisipasi investor yang kuat,” ujar dia.
Baca Juga: BEI Targetkan 66 IPO dan 2 Juta Investor Baru pada 2025
Baca Juga: BEI Targetkan 66 IPO dan 2 Juta Investor Baru pada 2025
3. BEI targetkan 66 IPO tahun ini
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengindikasikan bakal berupaya untuk meningkatkan persyaratan yang ada bagi calon emiten, dengan tujuan untuk meningkatkan standar bagi perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya di bursa.
Penyesuaian kebijakan yang diantisipasi dapat mencakup peningkatan batas atas saham yang mengambang bebas (free float) alias persentase saham yang tersedia untuk diperdagangkan publik dan perubahan pada tahun minimum operasional yang disyaratkan.
“Lebih lanjut, BEI menargetkan 66 IPO pada tahun 2025, dengan 16 perusahaan memiliki aset melebihi Rp250 miliar dan satu perusahaan dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar,” kata Reuben.
Baca Juga: Ini Profil 3 Emiten yang Awali IPO 2025 di BEI
Baca Juga: Ini Profil 3 Emiten yang Awali IPO 2025 di BEI