KOMPAS.com — Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi mengungkapkan delapan faktor ekonomi yang akan mempengaruhi pergerakan pasar saham sepanjang pekan ini, mulai Senin (3/2/2025) hingga Jumat (7/2/2025).
Sentimen pertama adalah data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, IHK Januari 2025 mengalami deflasi 0,76 persen secara bulanan (month to month/mtm), lebih rendah dari perkiraan pasar yang memproyeksikan inflasi 0,35 persen mtm.
Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi hanya 0,76 persen, jauh di bawah target Bank Indonesia (BI) di kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen.
Baca juga: Bakal Segera Diluncurkan, Simak Cara Transaksi Intraday Short Selling di Bursa Efek
Kedua, data kunjungan wisatawan mancanegara yang menjadi indikator pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi nasional.
Menurut Imam, jumlah turis asing berdampak besar pada sektor perhotelan, transportasi, kuliner, dan ritel.
Ketiga, data Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang tercatat 51,9 pada Januari 2025, tertinggi sejak Mei 2024.
“Data ini penting untuk memantau kesehatan sektor manufaktur dan mempengaruhi kebijakan moneter serta investasi global,” kata Imam, seperti dilansir Antara.
Keempat, pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) pada 3 Februari 2025 yang akan membahas kebijakan produksi minyak. OPEC+ telah memangkas produksi 5,86 juta barel per hari sejak 2022 untuk menjaga stabilitas harga minyak global.
Baca juga: IHSG Melemah 1,11 Persen ke 7.030, Rupiah Juga Tertekan
Kelima, data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal IV-2024 yang akan dirilis pada Rabu (5/2/2025). Proyeksi pertumbuhan PDB berada di angka 5,01 persen yoy.
Keenam, data cadangan devisa Indonesia Januari 2025 yang akan diumumkan oleh BI pada Jumat (7/2/2025).
Saat ini, cadangan devisa Indonesia cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor, jauh di atas standar internasional tiga bulan.
Ketujuh, data Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) Januari 2025 yang akan dirilis Jumat (7/2/2025).
Konsensus memperkirakan NFP turun ke 170.000 dari 256.000 pada Desember 2024, sementara tingkat pengangguran tetap di 4,1 persen.
Kedelapan, data IHK China Januari 2025 yang akan diumumkan pada Minggu (9/2/2025).
Imam menilai, inflasi di China dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan permintaan barang ekspor dari Indonesia.
“Jika inflasi di China naik, daya beli mereka bisa menurun, sehingga permintaan barang ekspor dari Indonesia ikut terdampak. Sebaliknya, deflasi bisa mengurangi permintaan lebih lanjut,” ujar Imam.