Atasi Limbah Produk, Ini yang Perlu Dilakukan Perusahaan

  • Share
Atasi Limbah Produk, Ini yang Perlu Dilakukan Perusahaan

Jakarta, IDN Times – Pengelolaan limbah produk personal care, seperti pembalut sekali pakai dan popok, menjadi tantangan serius baik dari sisi lingkungan maupun sosial.

Tidak hanya berdampak pada lingkungan, limbah jenis tersebut juga menimbulkan tantangan sosial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.

Oleh karenanya, produsen perlu terlibat aktif dalam menciptakan ekosistem berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan fokus pada peluang bisnis untuk mengatasi kendala ekonomi dalam mengatasinya.

1. Pentingnya kesadaran sosial terhadap limbah produk

Head of Corporate Communication Chandra Asri Group, Chrysanthi Tarigan menyatakan, persoalan limbah tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga masalah sosial, misalnya terkait limbah pembalut sekali pakai.

Dia menjelaskan, tidak semua orang dapat beralih dari penggunaan pembalut sekali pakai, sehingga diperlukan literasi dan diskusi mendalam untuk mencari solusi yang tepat. Chrysanthi juga menyoroti sulitnya pengolahan limbah jenis tersebut, yang memerlukan pendekatan strategis dalam program seperti Indonesia Asri.

“Ini bisa jadi literasi yang mungkin bisa kita pikirkan juga ke depan, seperti apa sebaiknya sampah-sampah tersebut. Karena ini memang persoalan yang sangat penting juga, karena itu kan juga susah untuk diolah kembali,” ujarnya dalam Kampanye Indonesia Asri.

Baca Juga: 5 Cara PT Vale Indonesia Mengelola Limbah Domestik dengan Kreatif

Baca Juga: 5 Cara PT Vale Indonesia Mengelola Limbah Domestik dengan Kreatif

2. Peran produsen dalam pengelolaan limbah produk

Sustainability Consultant, Advisor, and Provocateur, Jalal mengatakan, untuk menciptakan ekosistem yang ramah lingkungan, perusahaan perlu fokus pada proses produksi dan produknya, baik itu produk seperti pembalut ataupun popok.

“Yang saya perlu ingatkan adalah bahwa kalau mau minta sama perusahaan untuk ikut campur di situ, yang terbaik selalu adalah yang terkait dengan proses produksi maupun produknya,” paparnya.

Jalal mencontohkan keberhasilan di Kanada, di mana perusahaan mampu menyelesaikan masalah limbah dengan mengedukasi masyarakat untuk mengumpulkan limbah yang kemudian diangkut dan diganti dengan produk baru. Namun, dia juga menyoroti kendala di negara lain, seperti Belanda, di mana regulasi dan hitungan bisnis menghambat solusi serupa.

3. Peluang ekosistem berkelanjutan dalam pengelolaan imbah

Jalal menegaskan teknologi untuk menangani limbah seperti limbah pembalut dan popok sudah tersedia, namun sering terkendala oleh hitungan ekonomi.

“Nah jadi, penting sekali untuk kita melihat teknologinya gimana, kemudian hitungan bisnisnya gimana kalau ini mau kita minta pertanggungjawaban dari yang membuat,” ujar dia.

Jalal juga mengingatkan persoalan tersebut harus dilihat dari sisi budaya konsumen agar solusi lebih efektif. Dia mendorong pendekatan yang berfokus pada peluang daripada masalah.

“Kalau lihatnya dari peluang, peluang-peluang, peluang-peluang dan uang-uang-uang. Kayak gitu lah. Jadi, jangan melihat ini dari masalah, dari sudut pandang masalah, tapi dari sudut pandang peluang,” tutur dia.

  • Share